Pendidikan dasar berfungsi untuk
mencedaskan anak bangsa,dan tugas seorang guru adalah membentuk pola pikir anak
dilingkungan sekolah sejak dini, mendidik serta mencerdaskan anak bangsa,
tetapi kamis (9/2/2012) sepertinya agak tidak berlaku bagi seorang putri kecil
penerus bangsa dari perbatasan Desa Semanget, Kecamatan Entikong. putri kecil
ini bernama Agatha Theresia yang berusia 11 tahun kelahiran 24 juli 2000,
bersekolah di SD negeri 1 Entikong, kelas III SD. dia memiliki saudara kembar
yang bernama Agatha Fatresia serta 1 orang adik laki-laki yang bernama Farel.
Kesehariannya dia lalui seperti anak-anak pada umumnya, tetapi siapa sangka dia
memiliki beban pikiran yang cukup berat untuk anak seusianya.
Sore itu dia datang kerumahku
dengan wajah sedikit sedih dan berkata “aku mau berhenti sekolah”, aku terdiam,
bagaimana mungkin anak seusianya sudah berpikir untuk berhenti sekolah.
Kemudian saya pun bertanya
“kenapa?”
Dan dia menjawab “ndak bah...ni
suratnya mau aku kasi ke ibu guru” sambil menyodorkan selembar surat yang dia
tulis dengan tangannya dan dalam bahasanya sendiri yang dia mengerti. Isi
suratnya kurang lebih seperti ini
Ibu saya hormati
Saya ingin berenti sekolah, maaf ya saya tidak punya ayah dan ibu, ibu
tidak anggap saya anaknya sendiri, dia punya anak 2 saja.sebenarnya saya udah
lama mau berenti sekolah dan ikut nenek saya mati.
Jangan marah ya kalo saya berenti sekolah, saya anak yang bodoh sekali.
Kalo saya sekolah pasti saya tidak naik kelas lagi. Maaf yaa
Dari
Agathatheresia
(nenek yang dimaksud dalam surat diatas adalah orang tua dari ibunya)
Agatha Theresia bersama adiknya |
Setelah saya tanya kenapa bisa
menulis seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa disekolah sering diolok oleh
teman-temannya yang mengatakan dia bodoh karena sudah beberapa kali tidak naik kelas,
sering dikatakan bodoh dan dicubit oleh salah seorang gurunya walaupun dia
tidak bersalah, dan sampai dirumah dia
juga sering dimarahi oleh orang tuanya. Sekarang dia tinggal bersama neneknya
karena disana dia merasa aman dan diperlakukan selayaknya anak seusianya.
Hal ini mengajarkan kepada kita,
tidak seharusnya mereka dikucilkan, bagi para pengajar jadilah guru yang sabar
dalam mendidik anak. Psikologi anak tidak akan berkembang apabila mereka
dididik dengan cara yang kasar, mereka tidak akan menjadi pintar tetapi akan
takut berangkat kesekolah karena bagi mereka sekolah seperti rumah hantu yang
menyeramkan. bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah yang kepintarannya
dibawah rata-rata, jangan menambah bebannya dengan kata-kata kasar yang tidak
mendidik tetapi berikan mereka perhatian, kasih sayang serta bimbingan sehingga lebih semangat dalam
belajar. Sebab tidak ada orang bodoh didunia ini asalkan mau belajar, belajar dan terus belajar.
0 komentar:
Posting Komentar