SEPENGGAL KISAH PUTRI KECIL DARI PERBATASAN

| Minggu, 04 Maret 2012
Pendidikan dasar berfungsi untuk mencedaskan anak bangsa,dan tugas seorang guru adalah membentuk pola pikir anak dilingkungan sekolah sejak dini, mendidik serta mencerdaskan anak bangsa, tetapi kamis (9/2/2012) sepertinya agak tidak berlaku bagi seorang putri kecil penerus bangsa dari perbatasan Desa Semanget, Kecamatan Entikong. putri kecil ini bernama Agatha Theresia yang berusia 11 tahun kelahiran 24 juli 2000, bersekolah di SD negeri 1 Entikong, kelas III SD. dia memiliki saudara kembar yang bernama Agatha Fatresia serta 1 orang adik laki-laki yang bernama Farel. Kesehariannya dia lalui seperti anak-anak pada umumnya, tetapi siapa sangka dia memiliki beban pikiran yang cukup berat untuk anak seusianya.
Sore itu dia datang kerumahku dengan wajah sedikit sedih dan berkata “aku mau berhenti sekolah”, aku terdiam, bagaimana mungkin anak seusianya sudah berpikir untuk berhenti sekolah.
Kemudian saya pun bertanya “kenapa?”
Dan dia menjawab “ndak bah...ni suratnya mau aku kasi ke ibu guru” sambil menyodorkan selembar surat yang dia tulis dengan tangannya dan dalam bahasanya sendiri yang dia mengerti. Isi suratnya  kurang lebih seperti ini

                                                                                                                                                Ibu saya hormati
Saya ingin berenti sekolah, maaf ya saya tidak punya ayah dan ibu, ibu tidak anggap saya anaknya sendiri, dia punya anak 2 saja.sebenarnya saya udah lama mau berenti sekolah dan ikut nenek saya mati.
Jangan marah ya kalo saya berenti sekolah, saya anak yang bodoh sekali. Kalo saya sekolah pasti saya tidak naik kelas lagi. Maaf yaa
                                                                                                          Dari Agathatheresia

(nenek yang dimaksud dalam surat diatas adalah  orang tua dari ibunya)
Agatha Theresia bersama adiknya
Setelah saya tanya kenapa bisa menulis seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa disekolah sering diolok oleh teman-temannya yang mengatakan dia bodoh  karena sudah beberapa kali tidak naik kelas, sering dikatakan bodoh dan dicubit oleh salah seorang gurunya walaupun dia tidak bersalah,  dan sampai dirumah dia juga sering dimarahi oleh orang tuanya. Sekarang dia tinggal bersama neneknya karena disana dia merasa aman dan diperlakukan selayaknya anak seusianya.
Hal ini mengajarkan kepada kita, tidak seharusnya mereka dikucilkan, bagi para pengajar jadilah guru yang sabar dalam mendidik anak. Psikologi anak tidak akan berkembang apabila mereka dididik dengan cara yang kasar, mereka tidak akan menjadi pintar tetapi akan takut berangkat kesekolah karena bagi mereka sekolah seperti rumah hantu yang menyeramkan. bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah yang kepintarannya dibawah rata-rata, jangan menambah bebannya dengan kata-kata kasar yang tidak mendidik tetapi berikan mereka perhatian, kasih sayang  serta bimbingan sehingga lebih semangat dalam belajar. Sebab tidak ada orang bodoh didunia ini asalkan mau belajar, belajar dan terus belajar.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 catatan